Doa sesungguhnya adalah permohonan atau permintaan (Filipi 4:6, 1 Petrus 3:12), Tetapi karena sifat kedagingan selalu ingin kenyamanan, maka tidak jarang yang kita sampaikan adalah keputusan bahkan ultimatum, bahwa jawabannya harus seperti ini atau itu, sehingga apabila jawaban Tuhan tidak bersesuaian dengan kenyamanan hati, kita lalu menjadi kecewa dan berkata percuma beriman, dan mulai berpikir negatif terhadap Tuhan.

Bangsa Israel walaupun dijanjikan tanah yang belimpah susu dan madu, mereka juga harus melewati jalan2 yg tidak membuat nyaman hatinya. Ingat juga, bagaimana Yesus ketika berdoa, Matius 26:39 “… tetapi janganlah seperti yg kukehendaki, melainkan seperti yg Engkau kehendaki”. Dan jalan yang Allah sediakan bagi-Nya, adalah penderitaan dan disalibkan. Bukankah ini teramat sangat tidak menyenangkan ???. Tetapi itulah jalan yang Allah sediakan. Allah tidak ingin kita mengatur-Nya, Maka ketika berdoa, kita harus dengan kerendahan hati, yaitu percaya bahwa apa pun jalan yang Tuhan sediakan, walaupun tidak nyaman, bahkan menyakitkan sekalipun, akan kita terima dengan ucapan syukur.

Berdoa dengan berpatokan bahwa jawabannya HARUS sesuai kenyamanan hati kita bukanlah wujud iman, tetapi justru keangkuhan, karena kita sedang mau mengatur Allah. Padahal yg mempunyai otoritas adalah Allah, kita hanya berhak menjalaninya atau mengolahnya.