Seseorang bertanya, apakah kalau saya giat bekerja, siang malam cari uang demi untuk membiayai kebutuhan hidup, itu artinya saya CINTA UANG ?

Sudah PASTI jawabannya TIDAK.
Kalau begitu, apakah ciri-ciri bahwa saya seorang yang cinta uang ?

Pertama, apabila anda menjadi kuatir (jika) kehabisan uang. Karena melalui firman-Nya Allah menyatakan bahwa Allah lah yang memelihara hidup kita (Mazmur 55:22), maka apabila anda kuatir (jika) kehabisan uang, itu menunjukkan anda tidak percaya sepenuhnya pada pemeliharaan Allah.

Kedua, apabila oleh karena kebutuhan akan uang, anda berbuat kecurangan dan kejahatan. Para pencuri, penipu, koruptor, bahkan ada yang menjadikan profesi pendetanya untuk memperkaya diri. Mereka adalah orang-orang yang berbuat kecurangan dan kejahatan demi uang. Begitu pun orang-orang yang menjalankan kepercayaan tertentu demi uang. Kepercayaan tertentu itu misalnya percaya pada benda-benda atau hal tertentu seperti batu, tata letak, dll.

Ketiga, apabila sifat dan sikap anda berubah ketika punya banyak uang. Ada orang-orang yang ketika kaya berubah menjadi pelit, ia akan mengukur segala sesuatu dengan uang, berteman hanya bila seseorang punya banyak uang, memberi hanya agar dirinya dihargai atau dikenal, bahkan ada orang yang menjadi arogan, dan menjajah/ memperbudak orang lain karena uang.

Ketiga hal di atas adalah ciri-ciri berupa materi, masih ada lagi hal lain yang tidak bersifat materi tetapi berupa waktu, misalnya anda menunda, menomorduakan jam-jam doa, jam-jam ibadah karena pekerjaan (cari uang). Anda terus mengutamakan kenyamanan hidup, sehingga kehidupan kerohanianmu tidak berbuah, tidak menjadi berkat bagi sesama.

Lukas 8:14Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang.”

Cinta uang bukan semata-mata terjadi pada pribadi, tetapi juga dapat menjadi “virus” di lembaga-lembaga pelayanan kerohanian, dan gereja-gereja.

Gereja-gereja seharusnya fokus pada pemberitaan firman Tuhan, bukannya berlomba-lomba memperbesar “kerajaan” nya dengan meminta jemaat menyumbang. Gereja harus percaya, apabila firman Tuhan ditaburkan dengan tulus, maka Allah yang (sebenarnya) pemilik pelayanan itu, akan menyediakan segala keperluan gereja. Jemaat-jemaat yang terbangun imannya oleh khotbah pendeta yang tulus/ bertanggungjawab, pasti akan mengalami perubahan pada kehidupannya, dan apabila perubahan itu berupa ekonomi si jemaat menjadi lebih baik, atau ia seorang mampu tapi dulunya pelit, kini tersadarkan, hingga menjadi murah hati sebagaimana Allah adalah murah hati (lukas 6:36), maka tentu saja ia akan menyumbang gereja dengan sukarela. Gereja-gereja sesungguhnya berfungsi sebagai pembangun dan pemelihara iman jemaat, bukan mengejar pembangunan gedung-gedung.

Siapapun memang memerlukan uang di sepanjang hidupnya, tetapi jangan karena kebutuhan akan uang, iman menjadi goyah, jangan sampai kita melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan. Sebab seorang muda yang sangat kaya, disaksikan alkitab tidak layak masuk sorga, hanya karena hidupnya bergantung/ terikat pada kekayaannya (Matius 19:21-22).

Ayat bacaan :
1 Timotius 6:10Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.